Sakit memang tidak enak. Semua makanan enak serasa gak enak. Ingin melakukan berbagai hal, rasanya lemas. Apalagi kalau sakit ketika di daerah perantauan, akan sangat tidak enak.
Dulu ketika sakit, orangtua langsung mendatangi, menanyakan sakit apa dan langsung mengobati sakit. Tapi entah mengapa, ketika di tanah perantauan ini aku hanya bisa tunduk di dalam kamar, telungkup menahan sakit. Badan lemas tak mampu berdiri membuat semua hal yang ingin dilakukan rasanya berat.
Memang salah dari awal, mungkin aku yang kurang bisa menjaga diri agar tetap sehat. Aku yang kurang pandai mengatur waktu hingga setiap malam begadang mengerjakan tugas. Aku yang kurang pandai mengatur pola makan, demi menghemat uang bulanan, makan jadi 2 kali sehari. Atau karena aku yang memang lagi sial, kena efek cuaca atau lingkungan sekitar, atau dari apa yang kumakan sehingga bisa buat aku sakit. Tidak tau penyebab pastinya apa, yang pasti sakit itu gak enak di perantauan.
Ketika sakit begini, kalau sendirian di kosan, terkadang malah jadi termenung. Berbeda dengan keadaan ketika dulu waktu masih tinggal di rumah, kalau sakit, ada orangtua atau saudara yang merawat. Ada yang ingatin untuk selalu makan dan minum air hangat. Ada yang masakin makanan yang buat selera makan. Ada yang selalu ingatin aku untuk minum obat. Dan ada yang selalu ajak berdoa bersama supaya cepat sembuh. Tiap setengah jam kondisiku selalu di cek apakah membaik atau malah memburuk. Bukan bermaksud manja atau ingin dilayani. Tapi ada kalanya memang waktu sakit butuh perhatian setidaknya membantu.
Tapi syukur amanat dari orangtua ketika dulu sebelum merantau yang mengatakan, "Pandai-pandailah berteman di sana" cukup bisa dilakukan. Punya teman baik di perantauan sangat berguna dalam kondisi seperti ini. Ketika di perantauan, temanlah yang menjadi keluarga terdekat, ntah itu teman sekosan, teman seangkatan atau teman dari satu sekolah. Walau mungkin kesan dan perhatian tak seperti perhatian orangtua yang dirindukan, tapi setidaknya ketika sakit ada yang membantu membeli makanan, temani berobat dan sebagainya ketika badan ini tak bisa membantu dirinya sendiri. Gak bisa terbayangkan bagaimana kalau di perantauan belum kenal siapa-siapa, mungkin untuk membeli makanan harus jalan keluar sendiri sambil menahan sakit. Beruntung punya teman yang bisa membantu dan perhatian.
Walaupun begitu, sakit di perantauan sangat tidak enak. Terpikir andaikan orangtua yang jauh disana tahu aku sedang sakit, mungkin pikirannya malah gak karuan. Rasanya ingin berbohong untuk sesaat ini dan berusaha untuk segera menyembuhkan diri agar bisa melanjutkan aktivitas seperti biasa dan tidak berbohong lagi ketika dihubungi orangtua.
"Ketika di tanah rantau, jagalah pola hidup. Kesehatan adalah yang utama."
Ketika sakit begini, kalau sendirian di kosan, terkadang malah jadi termenung. Berbeda dengan keadaan ketika dulu waktu masih tinggal di rumah, kalau sakit, ada orangtua atau saudara yang merawat. Ada yang ingatin untuk selalu makan dan minum air hangat. Ada yang masakin makanan yang buat selera makan. Ada yang selalu ingatin aku untuk minum obat. Dan ada yang selalu ajak berdoa bersama supaya cepat sembuh. Tiap setengah jam kondisiku selalu di cek apakah membaik atau malah memburuk. Bukan bermaksud manja atau ingin dilayani. Tapi ada kalanya memang waktu sakit butuh perhatian setidaknya membantu.
Tapi syukur amanat dari orangtua ketika dulu sebelum merantau yang mengatakan, "Pandai-pandailah berteman di sana" cukup bisa dilakukan. Punya teman baik di perantauan sangat berguna dalam kondisi seperti ini. Ketika di perantauan, temanlah yang menjadi keluarga terdekat, ntah itu teman sekosan, teman seangkatan atau teman dari satu sekolah. Walau mungkin kesan dan perhatian tak seperti perhatian orangtua yang dirindukan, tapi setidaknya ketika sakit ada yang membantu membeli makanan, temani berobat dan sebagainya ketika badan ini tak bisa membantu dirinya sendiri. Gak bisa terbayangkan bagaimana kalau di perantauan belum kenal siapa-siapa, mungkin untuk membeli makanan harus jalan keluar sendiri sambil menahan sakit. Beruntung punya teman yang bisa membantu dan perhatian.
Walaupun begitu, sakit di perantauan sangat tidak enak. Terpikir andaikan orangtua yang jauh disana tahu aku sedang sakit, mungkin pikirannya malah gak karuan. Rasanya ingin berbohong untuk sesaat ini dan berusaha untuk segera menyembuhkan diri agar bisa melanjutkan aktivitas seperti biasa dan tidak berbohong lagi ketika dihubungi orangtua.
"Ketika di tanah rantau, jagalah pola hidup. Kesehatan adalah yang utama."